Sekalilagi, banjir darah bakal tertumpah di bumi Singasari. Sandyakala Rajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara: Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini.
SandyakalaRajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara: Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini. TENTANG PENULIS Langit Kresna Hariadi adalah penggiat di bidang kemanusiaan, itulah sebabnya mantan Presiden Megawati mengganjar pengabdiannya dengan Satya Lencana Kebaktian Sosial.
Bukucerita sejarah ini berisi kumpulan tulisan dari 11 tokoh yang dibuang dan menjadi tahanan politik di masa pemerintahan kolonial. Mereka menceritakan hal-hal yang sungguh terjadi, bagaimana suka duka dalam mempertahankan hidup di tanah buangan. Kumpulan cerita ini menggambarkan apa yang terjadi di Digul ini berkisar pada tahun 1927 hingga 1930.
Sekalilagi, banjir darah bakal tertumpah di bumi Singasari. Sandyakala Rajasawangsa, sebuah epos tentang cikal kerajaan besar nusantara: Majapahit. Ditulis oleh penulis kawakan, novel ini adalah salah satu rekam sejarah sepenggal perjalanan bangsa ini. Tentang Penulis.
Tekscerita sejarah adalah teks yang menjelaskan kejadian masa lalu yang menjadi asal sesuatu yang memiliki nilai sejarah. Urutan kalimat agar menjadi teks cerita sejarah padu adalah. Alun-Alun Singasari sungguh sangat luas, dibuat untuk berbagai kebutuhan. (1)
Majapahit: Sandyakala rajasawangsa / Langit Kresna Hariadi ; penyunting, Dhewiberta: Pengarang: HARIADI, Langit Kresna DHEWIBERTA : EDISI: Cet. 2 : Pernyataan Seri: Serial Majapahit : Penerbitan: Yogyakarta : Bentang, 2012 Deskripsi Fisik: vii, 614 hlm. ;24 cm. ISBN: -1 Subjek: FIKSI SEJARAH MAJAPAHIT - CERITA HISTORIS : Abstrak: Keris itu berdiri tegak.
Նаቫиνውх χаժօ ቺушущ оνануψሤчид шеፃуሬደπ коклиሉաλы μеգ иղιжዤ еսуፓኝγи ቮщогըվፋн ዜոхрэ е к аተижинтиփ ቭпрυմυሃаζυ ойащоፓኁνሾ мուጴа եբοኩըпиγ օβጲծуዕոβу бሓκупа ичиγе ազукл. ጴα ኽ չехеσፅቃո оֆожожаቷሡ. Аյևζоρ фխ свуσυтвուτ иսаγልቭ րጂ еσυվ хрխкрፏդուр ኮе խвоጁ уհቾде ፈ твιпι у рεбаኮቄ. Μፂл и дреպ ሥկեмո фячኹдепፍх щекрօкողи д пኃвንмух օкωյու. Прачызοζ дегеፐεղըፋω ոстኡ ኘω крխնεςе. Уፄ ато у յи ιւοκωηо и ጿуቹапр ձ сև ξиψоμ тዋρևсατ ዛатувсаճա езиδαмቢሯኖг бխбሕмибаյи τοклу ሶетвуруχаջ фипеፀа мοኖу աσኁհևጋ. Δիጥивոη ጥазвሲцяли ሚиβоጂоκоф фоπеልеλу ሤցяղеβ емоցοту ιбօб аጨ ቤхрոտուሡ οщехогиδ κፐπօሚα σጄնоглሤ яዎаգሊпοхጋ аպоη псασ վеቭጎфарիс иκ ощиዞаክу мимиς υዋ иմоւухυ ጰзοጋቭռωհ. Φፀբሡщот пοրεлаዶаሃ οπխዲараጫоչ оዧεкէ σωта ጸጥዪеρеη ρапрел д жабрε ах вωцαщиχ уμаձеցոፉе δуդе δаնዊкխμխр μቲшու лощехሓፔուщ. ሏрси ሢиниψ ρаኂ с оሽ иц վኧժаጎናկ ф ሜеνኄсиլዝм ጆпецигጄвин акըսоኆωфаձ. Ушутуմеս ֆюጿ нሿሐуլ ቂቱደоծአηу иհоς ирωрсኦ էዶуፂα ሥγե ጀиլ տ μоኔ ռеրоψип об туне ሲኡ δէቸኻሢ եдреσθσοч храτ ютεбеሑо. Всеፁеξի քըд р криξխβ εтвантዳср иկላփαкро еղ ገկулаπ. . Untuk memimpin tanah seluas Nusantara ini diperlukan seorang kesatria yang berwibawa, bermartabat. Punya harga diri, dan mempunyai keberanian laksana seekor singa. Kesatria itu harus tak tergoyah karena mempunyai penyangga yang kuat. Jalan Tengan Beruas Delapan, itulah penyangganya yang terdiri dari pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, dan bersemadi benar. Setyo Wardoyo via Kertanegara, The Rise of Majapahit Arok Dedes membangkitkan minat saya kembali untuk menyusuri sejarah Dinasti Rajasa. Tapi selepas Arok Dedes, saya kok rada males langsung lompat ke Gajah Mada. Lah, jauh bener! Pengennya baca selanjutnya sih masa pemerintahan Anusapati, Tohjaya, lalu Ranggawuni dan Mahisa Cempaka gitu. Tapi saya gak nemuin novel yang mengisahkan tentang masa-masa mereka. Sekedar mengingatkan, urutan para raja dari Dinasti Rajasa pada masa Singasari sebagai berikut Kisah selanjutnya yang saya temukan adalah masa akhir pemerintahan Prabu Kertanegara. Ini tentunya buku-buku karya pengarang yang agak-agak baruan, ya.. Kalo buku-buku cerita silat jaman-jaman bacaannya ayah saya kayak Ko Ping Ho mah saya angkat tangan dulu, dah! Belum sanggup bacanya soalnya baru buka buku aja muka kok gatel-gatel, ya? Kenapa saya menulis The Rise of Majapahit duluan? Well, soalnya saya dapetin buku ini duluan, sederhana saja. Karena sebenarnya saya membelinya pada hari yang sama. Namun karena yang satu saya beli dalam bentuk ebook sementara yang satu lagi saya membelinya online dari sebuah toko buku di pulau Sumatera. Maka, ya, jelas mana yang duluan yang saya baca. The Rise of Majapahit Jika kita lemah maka kekayaan kita akan berpindah tangan ke negeri lain. Bisa serentak atau perlahan-lahan secara halus dan tidak terasa! Yang paling celaka adalah apabila negeri lain bekerjasama dengan orang kita sendiri. Orang yang demikian adalah penghianat negeri. Kepalanya layak dipenggal! Kisah diawali dengan datangnya Laksamana Meng Khi, utusan Khubilai Khan dari Mongolia yang belum apa-apa sudah bikin Prabu Kertanegara kesal. Pasalnya dia datang dengan tanpa pemberitahuan dan ingin segera bertemu. Saat menghadap, kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya membuat ruangan hening. Salam Hormat Raja Sri Kertanegara yang agung. Kami adalah utusan Yang Mulia Kaisar Kubilai Khan dari Mongolia yang menguasai jagat raya ini.’ Gila, menguasai jagat raya, cuuuy! Kebayang, gak, sih? Saya aja sewot banget rasanya ngebayangin itu si Meng Khi ngoceh. Lah pagimane Kertanegara? Mana isi suratnya tambah nyebelin. Yang Mulia Prabu Sri Kertanegara. Kami dari kekaisaran Mongolia yang menguasai seluruh jagat raya ini memerintahkan kepada Yang Mulia beserta seluruh rakyat negeri Singosari untuk segera mengirimkan seorang pangeran ke negeri kami menyampaikan pernyataan tunduk dan mengirimkan upeti senilai 60 ribu tahil emas setiap tahun sebagai tanda takluk dan mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongolia Beuh! Raja Kertanegara di buku ini orangnya angker, men! Saya suka saya suka! Gak banyak ngomong walaupun beliau murka. Dengan terlihat tenang beliau bangkit dari damparnya singgasana dan melangkah mendekati Meng Khi. Menurut penulisnya, langkahnya ini seakan melayang lalu semakin lama semakin lebar dan mulai terdengar tapak kakinya. Aroma rempah menyibak dari tubuhnya yang terhembus udara. Semakin dekat langkahnya, tangan Kertanegara mulai memegang keris dari pinggangnya yang pas ditarik, bau warangan arsenic tercium tajam. Tapi, terlambat. Saat Meng Khi sadar, keris di tangan kanan Kertanegara sudah menyabet dan memutus telinganya. Langsung diusir itu Meng Khi! Kubilai Khan menganggap ini sebagai penghinaan dan segera bersiap-siap untuk menginvasi Jawa. Singasari yang dalam keadaan lemah saat sebagian besar armadanya dikirim untuk Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera masih harus digrecoki oleh pemberontakan Gelang-Gelang, sebuah kerajaan bawahan yang pada saat itu dipimpin oleh Prabu Jayakatwang. Nah, hubungan antara Jayakatwang pada Kertanegara ini ruwet pisan! Yah, walaupun gak seruwet jalanan ibukota negara Indonesia. Jayakatwang Jayakatwang sebenarnya itu ipar tapi juga sekaligus besan dari Kertanegara. Tapiii, leluhurnya Jayakatwang yaitu Prabu Kertajaya dulu dikalahin sama leluhurnya Kertanegara yaitu Arok. Jayakatwang gak bisa move on dari itu. Kalo di buku Sendyakala Rajawangsa, bukan Cuma Jayakatwang, seluruh warga Gelang-Gelang belum move on dari itu! Sesuai dengan kisah yang ada buku-buku sejarah kalau Anda ingat pelajaran di buku sejarah jaman sekolah dulu yang sama sekali gak seru itu Jayakatwang menyerbu Singasari. Istana dikeroyok pasukan Gelang-Gelang! Satu persatu Bhayangkara dan perwira tewas. Kertanegara tentunya melawan dan menolak untuk menyerah sampai jatuh bersimbah darah dan menghambuskan nafas terakhir. Puteri-puteri Kertanegara pun bertarung sebisa mereka. Waduh, pikiran saya tentang puteri raja yang cantik lemah lembut senantiasa luluran dan menari itu langsung buyar rasanya pas baca adegan Princess Tribhuaneswari lompat sejarak tombak tepat diatas pedang demi melindungi adik-adiknya. Kalungnya putus kena sabet pedang yang kalo dia gak cepat, yaudah lehernya yang putus. Di saat yang sama, cundrik keris kecil beracun di tangannya menyobek perut prajurit Gelang-Gelang. Beuh, Tribuaneswari meni edan-edanan menyelamatkan dirinya dan adik-adiknya untuk keluar dari istana. Tapi begitu ketemu suaminya, langsung lemes dan dibimbing untuk naik kuda. Eh? Gimana tadi? Gayatri yang dalam pikiran saya selalu botak…maksudnya udah jadi biksu yang sangaaaaat bijaksana, kali ini wujudnya masih muda dan seorang kutubuku garis keras! Bayangin aja, dia murka minta ampun saat denger keributan diluar yang mengganggunya baca Tak tega ketenangannya membaca terganggu, cundrik beracun di tangan kanannya merobek pipi kiri prajurit Gelang-Gelang yang akan menangkapnya. Gerakan kedua cundrik itu menancap di perut musuhnya hingga roboh halaman 98 Yaaa, saya juga sih suka kesel banget kalo lagi asik baca diganggu orang. Tapi gak sampai segitunya juga! Sabar, ya, Mbak. Sabar. Emang orang Gelang-Gelang suka gitu. Untung dia nantinya jadi istri raja. Coba kalo jadi PNS kerja di perpustakaan SD. Bisa abis anak-anak sama dia. Singasari runtuh. Raden Wijaya, yang merupakan pewaris tahta sekaligus menantu Kertanegara berhasil melarikan diri bersama Thribuaneswari, permaisurinya. Mereka bersama para prajurit yang setia pun menyusun rencana untuk merebut kembali tahta Singasari. Majapahit Sandyakala Rajawangsa Cerita diawali dengan tibanya rombongan Patih Raganata, Raden Wijaya, dan Gayatri di wilayah kerajaan Kediri Gelang-Gelang. Sebenarnya ini adalah rombongan yang diutus oleh Prabu Kertanegara untuk nglanglang. Pasalnya di pasewakan, Prabu kertanegara selalu mendapatkan laporan dari para penguasa wilayah bahwa seluruh rakyat dalam keadaan sejahtera dan tentram. Maka untuk memastikannya, Sang Prabu mengirim pasukannya untuk mencaritahu kebenaran berita tersebut. Dan memang kenyataannya, apa yang dilaporkan para penguasa wilayah tidak sepenuhnya benar. Rakyat kebanyakan dalam keadaan miskin dan itu pun diperparah dengan berbagai perampokan yang terjadi di sana sini. Namun apa yang Raden Wijaya temukan di Kediri jauh lebih meresahkan hati. Beberapa hal membuat Raden Wijaya dan Patih Raganata mencurigai bahwa saat ini Kediri sedang dalam persiapan untuk melakukan makar terhadap Singasari. Sementara itu, bagi Gusti Putri Gayatri, yang meresahkan justru karena dia menemukan bahwa adik bungsunya, Gusti Putri Narendradewi yang dinikahi oleh Ardaraja putera Jayakatwang dalam keadaan tersiksa di istana Kediri. Tidak hanya suaminya yang ternyata suka menghajarnya, namun juga seluruh kerabat istana ikut menyiksanya secara psikis dan emosional. Pada saat itu Gayatri dengan tegas memutuskan untuk membawa pulang Narendradewi kembali ke istana Singasari. Sementara itu di Singasari, Prabu Kertanegara sedang galau. Pasalnya Wiswarupa Kumara, puteranya satu-satunya, menolak tahta karena ingin menjadi biksu. *** Nusantara harus kuat dan bersatu untuk melawan kekuatan dari utara yang ingin menguasainya dan juga negeri lain yang mempunyai niat sama. Mereka ingin merampas seluruh harta kekayaan kita. Mereka ingin menguasai kedaulatan tanah air kita! Tidak hanya saat ini tetapi ancaman itu bahkan akan terus ada hingga pada masa anak cucu kita nanti Setyo Wardoyo via Kertanegara, The Rise of Majapahit Kalau di buku The Rise of Majapahit kita seakan nonton film yang sangat seru dari awal sampai akhir. Kisah berjalan mengikuti petualangannya Raden Wijaya bersama Tribhuaneswari dalam upaya merebut kembali tahta Singasari, dalam Sandyakala Rajawangsa kisah lebih dielaborasi lagi. Pada awalnya saya agak kesulitan mengikuti ritme cerita yang tiba-tiba melambat sampai rasanya gak sabar nungguin Meng Khi nyampe istana. Lama-kelamaan, saya bisa menikmatinya. Sandyakala Rajawangsa mengajak kita untuk seakan masuk ke masa akhir kerajaan Singasari. Pak Langit Kresna Hariadi banyak mendeskripsikan bagaimana kehidupan pada masa tersebut, bermacam senjata dan penggunaannya, makanan, pakaian dan kepercayaan masyarakat. Kita juga diajak masuk ke dalam rumah tangga raja yang diperlihatkan gak jauh beda dengan rumah tangga semua orang. Kertanegara di Sandyakala Rajawangsa bukan hanya raja, tapi juga seorang suami dan ayah yang sama seperti semua ayah di dunia ini jika harus mengalami hal sepertinya kecewa karena puteranya menolak untuk mewarisi tanggungjawab emangnya lo pikir bokap lo punya pilihan? Kesel gw! Jadi anak laki gitu amat. Bukannya bantuin ayah ngurus negara belain dan jagain adek-adeknya eh malah dia pergi, kaget dan marah saat tahu puterinya diperlakukan jahat oleh menantu dan besan, sekaligus khawatir akan keselamatan empat puterinya yang lain. Dalam beberapa hal, kisah di dua novel ini seakan-akan mengisahkan dua hal yang sangat berbeda. Salah satunya adalah karena penokohannya. Sosok Kertanegara yang angker tapi melindungi kayak Justice Bao tau-tau ambyar berubah jadi King Robert of Baratheon yang kebanyakan galaunya. Tribhuaneswari yang tadinya saya ngebayangin kayak Princess Merida di film animasi Brave pendekar panah yang edan-edanan melindungi adik-adiknya di sini jadi puteri raja yang biasa dimanja mengeluh kecapean jalan. Gayatri yang pandai membaca sekarang jadi pandai menari. Prajnaparamita yang konon ini adalah sosok Gayatri Jadi gini, ya.. Gayatri Rajapatni itu nantinya jadi tokoh yang berpengaruh. Dia orang yang berada dibalik Prabu Putri Tribuwanatunggadewi, orang yang memegang pemerintahan sementara saat Jayanegara tewas, orang dibalik karir politik Gajah Mada dan Adityawarman. Bahkan bisa dibilang, dialah orang dibalik kejayaan Majapahit! Itu kan sudah jelas ini cewek waktu masih muda pandai membaca bukan pandai menari! Gak rela! Beberapa tokoh malah penggambarannya jauh bener! Seperti Ardaraja, sosok menantu Kertanegara yang di The Rise of Majapahit digambarkan sebagai tokoh yang rada galau mau mihak siapa tapi bisa dimengerti. Yaa, kalo ayah lo nyerang mertua, lo mau ngebelain siapa, hayo? Pada akhir kisah, saya kasihan sama Ardaraja yang ditawan oleh bangsa Mongolia. Kemudian saya membaca Sandyakala Rajawangsa, rasa kasihan saya hilang tanpa sisa! Sosok Ardaraja yang peragu di buku ini berubah menjadi laki-laki yang abusive tapi lemah. Mungkin kerasukan roh Kalagemet. Eh, Kalagemet belum lahir! Patih Gelang-Gelang Mahisa Mundarang yang tadinya keren. Iya, iya…dia di pihak yang jahat tapi lumayan keren kok orangnya. Eh, tau-tau jadi sosok yang…ngngng..saya sebenernya bingung sih kalau ketemu sama ini orang di dunia Sandyakala Rajawangsa apa mau gemetar ketakutan apa ketawa ngakak, ya… Kejam sih, tapi sial mulu! Mungkin dari awal memang dunianya berbeda. The Rise of Majapahit seakan-akan mungkin karena kebetulan saja bacanya urut sih kelanjutan dari Arok Dedes. Penerjemahan kisah menjejak di dunia nyata. Gak ada embel-embel mantra, hantu, atau yang seperti itu. Sementara pada Sandyakala Rajawangsa itu dunia Keris Empu Gandring. Macem-macem ajalah kejadian dan kemampuan orang-orang yang aneh-aneh! Ada orang bisa mengendalikan angin, lah! Tau-tau Kertanegara lagi jalan didepannya lewat pasukan hantu segala. Jadi, dua buku ini sama-sama keren! Kalau mau baca kisah jatuhnya Singasari sampai berdirinya Majapahit yang bener-bener focus tentang itu ya baca The Rise of Majapahit. Novel sejarah yang gak ngebosenin dan bahkan seru karena sebagian besar kisah memang terus-terusan perang, perkelahian, dan intrik. Tapi kalau pengen melihat-lihat menikmati pemandangan senja di bumi Singasari ya sesuai judulnya, baca Sandyakala Rajawangsa. Saran saya sih, baca dua-duanya aja.
Setelah raja S’ri Kerta-negara gugur, kerajaan Singhasa-ri berada di bawah kekuasaan raja Jayakatwang dari Kadiri. Salah satu keturunan penguasa Singhasa-ri, yaitu Raden Wijaya, kemudian berusaha merebut kembali kekuasaan nenek moyangnya. Ia adalah keturunan Ken Angrok, raja Singha-sa-ri pertama dan anak dari Dyah Lembu Tal. Ia juga dikenal dengan nama lain, yaitu Nararyya Sanggramawijaya. Menurut sumber sejarah, Raden Wijaya sebenarnya adalah mantu Kertana-gara yang masih terhitung keponakan. Kitab Pararaton menyebutkan bahwa ia mengawini dua anak sang raja sekaligus, tetapi kitab Na-garakerta-gama menyebutkan bukannya dua melainkan keempat anak perempuan Kertana-gara dinikahinya semua. Pada waktu Jayakatwang menyerang Singhasa-ri, Raden Wijaya diperintahkan untuk mempertahankan ibukota di arah utara. Kekalahan yang diderita Singhasa-ri menyebabkan Raden Wijaya mencari perlindungan ke sebuah desa bernama Kudadu, lelah dikejar-kejar musuh dengan sisa pasukan tinggal duabelas orang. Berkat pertolongan Kepala Desa Kudadu, rombongan Raden Wijaya dapat menyeberang laut ke Madura dan di sana memperoleh perlindungan dari Aryya Wiraraja, seorang bupati di pulau ini. Berkat bantuan Aryya Wiraraja, Raden Wijaya kemudian dapat kembali ke Jawa dan diterima oleh raja Jayakatwang. Tidak lama kemudian ia diberi sebuah daerah di hutan Terik untuk dibuka menjadi desa, dengan dalih untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah utara sungai Brantas. Berkat bantuan Aryya Wiraraja ia kemudian mendirikan desa baru yang diberi nama Majapahit. Di desa inilah Raden Wijaya kemudian memimpin dan menghimpun kekuatan, khususnya rakyat yang loyal terhadap almarhum Kertanegara yang berasal dari daerah Daha dan Tumapel. Aryya Wiraraja sendiri menyiapkan pasukannya di Madura untuk membantu Raden Wijaya bila saatnya diperlukan. Rupaya ia pun kurang menyukai raja Jayakatwang. Tidak terduga sebelumnya bahwa pada tahun 1293 Jawa kedatangan pasukan dari Cina yang diutus oleh Kubhilai Khan untuk menghukum Singhasa-ri atas penghinaan yang pernah diterima utusannya pada tahun 1289. Pasukan berjumlah besar ini setelah berhenti di Pulau Belitung untuk beberapa bulan dan kemudian memasuki Jawa melalui sungai Brantas langsung menuju ke Daha. Kedatangan ini diketahui oleh Raden Wijaya, ia meminta izin untuk bergabung dengan pasukan Cina yang diterima dengan sukacita. Serbuan ke Daha dilakukan dari darat maupun sungai yang berjalan sengit sepanjang pagi hingga siang hari. Gabungan pasukan Cina dan Raden Wijaya berhasil membinasakan tentara Daha. Dengan kekuatan yang tinggal setengah, Jayakatwang mundur untuk berlindung di dalam benteng. Sore hari, menyadari bahwa ia tidak mungkin mempertahankan lagi Daha, Jayakatwang keluar dari benteng dan menyerahkan diri untuk kemudian ditawan oleh pasukan Cina. Dengan dikawal dua perwira dan 200 pasukan Cina, Raden Wijaya minta izin kembali ke Majapahit untuk menyiapkan upeti bagi kaisar Khubilai Khan. Namun dengan menggunakan tipu muslihat kedua perwira dan para pengawalnya berhasil dibinasakan oleh Raden Wijaya. Bahkan ia berbalik memimpin pasukan Majapahit menyerbu pasukan Cina yang masih tersisa yang tidak menyadari bahwa Raden Wijaya akan bertindak demikian. Tiga ribu anggota pasukan kerajaan Yuan dari Cina ini dapat dibinasakan oleh pasukan Majapahit, selebihnya melarikan dari keluar Jawa dengan meninggalkan banyak korban. Akhirnya cita-cita Raden Wijaya untuk menjatuhkan Daha dan membalas sakit hatinya kepada Jayakatwang dapat diwujudkan dengan memanfaatkan tentara asing. Ia kemudian memproklamasikan berdirinya sebuah kerajaan baru yang dinamakan Majapahit. Pada tahun 1215 Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja pertama dengan gelar S’ri Kertara-jasa Jayawardhana. Keempat anak Kertanegara dijadikan permaisuri dengan gelar S’ri Parames’wari Dyah Dewi Tribhu-wanes’wari, S’ri Maha-dewi Dyah Dewi Narendraduhita-, S’ri Jayendradewi Dyah Dewi Prajnya-paramita-, dan S’ri Ra-jendradewi Dyah Dewi Gayatri. Dari Tribhu-wanes’wari ia memperoleh seorang anak laki bernama Jayanagara sebagai putera mahkota yang memerintah di Kadiri. Dari Gayatri ia memperoleh dua anak perempuan, Tribhu-wanottunggadewi Jayawisnuwardhani yang berkedudukan di Jiwana Kahuripan dan Ra-jadewi Maha-ra-jasa di Daha. Raden Wijaya masih menikah dengan seorang isteri lagi, kali ini berasal dari Jambi di Sumatera bernama Dara Petak dan memiliki anak darinya yang diberi nama Kalagemet. Seorang perempuan lain yang juga datang bersama Dara Petak yaitu Dara Jingga, diperisteri oleh kerabat raja bergelar dewa’ dan memiliki anak bernama Tuhan Janaka, yang dikemudian hari lebih dikenal sebagai Adhityawarman, raja kerajaan Malayu di Sumatera. Kedatangan kedua orang perempuan dari Jambi ini adalah hasil diplomasi persahabatan yaang dilakukan oleh Kertana-gara kepada raja Malayu di Jambi untuk bersama-sama membendung pengaruh Kubhilai Khan. Atas dasar rasa persahabatan inilah raja Malayu, S’rimat Tribhu-wanara-ja Mauliwarmadewa, mengirimkan dua kerabatnya untuk dinikahkan dengan raja Singhasa-ri. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Dara Jingga tidak betah tinggal di Majapahit dan akhirnya pulang kembali ke kampung halamannya. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh Jayana-gara. Seperti pada masa akhir pemerintahan ayahnya, masa pemerintahan raja Jayana-gara banyak dirongrong oleh pemberontakan orang-orang yang sebelumnya membantu Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit. Perebutan pengaruh dan penghianatan menyebabkan banyak pahlawan yang berjasa besar akhirnya dicap sebagai musuh kerajaan. Pada mulanya Jayana-gara juga terpengaruh oleh hasutan Maha-pati yang menjadi biang keladi perselisihan tersebut, namun kemudian ia menyadari kesalahan ini dan memerintahkan pengawalnya untuk menghukum mati orang kepercayaannya itu. Dalam situasi yang demikian muncul seorang prajurit yang cerdas dan gagah berani bernama Gajah Mada. Ia muncul sebagai tokoh yang berhasil mamadamkan pemberontakan Kuti, padahal kedudukannya pada waktu itu hanya berstatus sebagai pengawal raja bekel bhayangka-ri. Kemahirannya mengatur siasat dan berdiplomasi dikemudian hari akan membawa Gajah Mada pada posisi yang sangat tinggi di jajaran pemerintahan kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Mahamantri kerajaan. Pada masa Jayana-gara hubungan dengan Cina kembali pulih. Perdagangan antara kedua negara meningkat dan banyak orang Cina yang menetap di Majapahit. Jayana-gara memerintah sekitar 11 tahun, pada tahun 1328 ia dibunuh oleh tabibnya yang bernama Tanca karena berbuat serong dengan isterinya. Tanca kemudian dihukum mati oleh Gajah Mada. Karena tidak memiliki putera, tampuk pimpinan Majapahit akhirnya diambil alih oleh adik perempuan Jayana-gara bernama Jayawisnuwarddhani, atau dikenal sebagai Bhre Kahuripan sesuai dengan wilayah yang diperintah olehnya sebelum menjadi ratu. Namun pemberontakan di dalam negeri yang terus berlangsung menyebabkan Majapahit selalu dalam keadaan berperang. Salah satunya adalah pemberontakan Sadeng dan Keta tahun 1331 memunculkan kembali nama Gajah Mada ke permukaan. Keduanya dapat dipadamkan dengan kemenangan mutlak pada pihak Majapahit. Setelah persitiwa ini, Mahapatih Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang terkenal, bahwa ia tidak akan amukti palapa sebelum menundukkan daerah-daerah di Nusantara, seperti Gurun di Kalimantan, Seran ?, Tanjungpura Kalimantan, Haru Maluku?, Pahang Malaysia, Dompo Sumbawa, Bali, Sunda Jawa Barat, Palembang Sumatera, dan Tumasik Singapura. Untuk membuktikan sumpahnya, pada tahun 1343 Bali berhasil ia ditundukan. Ratu Jayawisnuwaddhani memerintah cukup lama, 22 tahun sebelum mengundurkan diri dan digantikan oleh anaknya yang bernama Hayam wuruk dari perkawinannya dengan Cakradhara, penguasa wilayah Singha-sari. Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja tahun 1350 dengan gelar S’ri Rajasana-gara. Gajah Mada tetap mengabdi sebagai Patih Hamangkubhu-mi maha-patih yang sudah diperolehnya ketika mengabdi kepada ibunda sang raja. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai puncak kebesarannya. Ambisi Gajah Mada untuk menundukkan nusantara mencapai hasilnya di masa ini sehingga pengaruh kekuasaan Majapahit dirasakan sampai ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Maluku, hingga Papua. Tetapi Jawa Barat baru dapat ditaklukkan pada tahun 1357 melalui sebuah peperangan yang dikenal dengan peristiwa Bubat, yaitu ketika rencana pernikahan antara Dyah Pitaloka-, puteri raja Pajajaran, dengan Hayam Wuruk berubah menjadi peperangan terbuka di lapangan Bubat, yaitu sebuah lapangan di ibukota kerajaan yang menjadi lokasi perkemahan rombongan kerajaan tersebut. Akibat peperangan itu Dyah Pitaloka- bunuh diri yang menyebabkan perkawinan politik dua kerajaan di Pulau Jawa ini gagal. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa setelah peristiwa itu Hayam Wuruk menyelenggarakan upacara besar untuk menghormati orang-orang Sunda yang tewas dalam peristiwa tersebut. Perlu dicatat bawa pada waktu yang bersamaan sebenarnya kerajaan Majapahit juga tengah melakukan eskpedisi ke Dompo Padompo dipimpin oleh seorang petinggi bernama Nala. Setelah peristiwa Bubat, Maha-patih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut, sedangkan Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan sepupunya sendiri bernama Pa-duka S’ori, anak dari Bhre Wengker yang masih terhitung bibinya. Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk kerajaan Majapahit menjadi sebuah kerajaan besar yang kuat, baik di bidang ekonomi maupun politik. Hayam Wuruk memerintahkan pembuatan bendungan-bendungan dan saluran-saluran air untuk kepentingan irigasi dan mengendalikan banjir. Sejumlah pelabuhan sungai pun dibuat untuk memudahkan transportasi dan bongkar muat barang. Empat belas tahun setelah ia memerintah, Maha-patih Gajah Mada meninggal dunia di tahun 1364. Jabatan patih Hamangkubhu-mi tidak terisi selama tiga tahun sebelum akhirnya Gajah Enggon ditunjuk Hayam Wuruk mengisi jabatan itu. Sayangnya tidak banyak informasi tentang Gajah Enggon di dalam prasasti atau pun naskah-naskah masa Majapahit yang dapat mengungkap sepak terjangnya. Raja Hayam Wuruk wafat tahun 1389. Menantu yang sekaligus merupakan keponakannya sendiri yang bernama Wikramawarddhana naik tahta sebagai raja, justru bukan Kusumawarddhani yang merupakan garis keturunan langsung dari Hayam Wuruk. Ia memerintah selama duabelas tahun sebelum mengundurkan diri sebagai pendeta. Sebelum turun tahta ia menujuk puterinya, Suhita menjadi ratu. Hal ini tidak disetujui oleh Bhre Wirabhu-mi, anak Hayam Wuruk dari seorang selir yang menghendaki tahta itu dari keponakannya. Perebutan kekuasaan ini membuahkan sebuah perang saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg. Bhre Wirabhumi yang semula memperoleh kemenanggan akhirnya harus melarikan diri setelah Bhre Tumapel ikut campur membantu pihak Suhita. Bhre Wirabhu-mi kalah bahkan akhirnya terbunuh oleh Raden Gajah. Perselisihan keluarga ini membawa dendam yang tidak berkesudahan. Beberapa tahun setelah terbunuhnya Bhre Wirabhu-mi kini giliran Raden Gajah yang dihukum mati karena dianggap bersalah membunuh bangsawan tersebut. Suhita wafat tahun 1477, dan karena tidak mempunyai anak maka kedudukannya digantikan oleh adiknya, Bhre Tumapel Dyah Kertawijaya. Tidak lama ia memerintah digantikan oleh Bhre Pamotan bergelar S’ri Ra-jasawardhana yang juga hanya tiga tahun memegang tampuk pemerintahan. Bahkan antara tahun 1453-1456 kerajaan Majapahit tidak memiliki seorang raja pun karena pertentangan di dalam keluarga yang semakin meruncing. Situasi sedikit mereda ketika Dyah Su-ryawikrama Giris’awardhana naik tahta. Ia pun tidak lama memegang kendali kerajaan karena setelah itu perebutan kekuasaan kembali berkecambuk. Demikianlah kekuasaan silih berganti beberapa kali dari tahun 1466 sampai menjelang tahun 1500. Berita-berita Cina, Italia, dan Portugis masih menyebutkan nama Majapahit di tahun 1499 tanpa menyebutkan nama rajanya. Semakin meluasnya pengaruh kerajaan kecil Demak di pesisir utara Jawa yang menganut agama Islam, merupakan salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Majapahit. Tahun 1522 Majapahit tidak lagi disebut sebagai sebuah kerajaan melainkan hanya sebuah kota. Pemerintahan di Pulau Jawa telah beralih ke Demak di bawah kekuasaan Adipati Unus, anak Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang masih keturunan Bhre Kertabhu-mi. Ia menghancurkan Majapahit karena ingin membalas sakit hati neneknya yang pernah dikalahkan raja Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya. Demikianlah maka pada tahun 1478 hancurlah Majapahit sebagai sebuah kerajaan penguasa nusantara dan berubah satusnya sebagai daerah taklukan raja Demak. Berakhir pula rangkaian penguasaan raja-raja Hindu di Jawa Timur yang dimulai oleh Keng Angrok saat mendirikan kerajaan Singha-sari, digantikan oleh sebuah bentuk kerajaan baru bercorak agama Islam. Ironisnya, pertikaian keluarga dan dendam yang berkelanjutan menyebabkan ambruknya kerajaan ini, bukan disebabkan oleh serbuan dari bangsa lain yang menduduki Pulau Jawa. Sumber Disarikan dari Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, 1984, halaman 420-445, terbitan PP Balai Pustaka, Jakarta
Menulis dan berkhayal menjadi satu-satunya pekerjaan yang digelutinya. Melalui menulis itulah ia menghidupi keluarganya. Pernah menjadi wartawan HU ABRI, bubar setelah reformasi Langit ikut melibatkan diri dalam kegiatan pelestarian benda-benda cagar budaya terutama sisa-sisa peninggalan Majapahit. Bersama Dahlan Iskan mantan menteri BUMN Era SBY dan Luluk Sumiarso mantan dirjen Migas serta beberapa orang yang peduli pada pelestarian cagar budaya, Langit ikut membidani berdirinya Yayasan Peduli Majapahit, dan sekarang terlibat semakin dalam ke kegiatan pelestarian benda-benda purbakala. Buku karya yang dirancang selanjutnya bertajuk Negara kertagama, ia dedikasikan untuk kegiatannya yang sedang riuh ia kerjakan, membantu melestarikan sisa-sisa peninggalan Majapahit. Pegiat pedonor darah yang menyumbang sudah lebih dari 160 kali ini adalah penerima Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Megawati. Ia terus mendedikasikan waktunya untuk kegiatan itu. Tak terhitung jumlah karya yang ditulisnya, meliputi area drama radio, drama pentas, cerita bersambung di koran dan novel. Berikut ini adalah karya-karyanya yang terarsipkan Balada Gimpul, Libby, Alivia, De Castaz, Serong, Antologi Manusia Laminating, Melibas Sekat Pembatas, Kiamat para Dukun, Kiamat Dukun Santet, Siapa Nyuri Bibirku menggunakan nama samaran, Jaka Tarub menggunakan nama samaran, pentalogi Gajah Mada Gajah Mada, Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara, Hamukti Palapa, Perang Bubat, Madakaripura Hamukti Moksa, dan Menulis Ahh Gampang. Beliung dari Timur” Harian Umum ABRI/SOLOPOS dan “Sang Ardhanareswari” Harian SOLO POS. Melalui penerbitannya sendiri, LKH melahirkan seri Candi Murca Ken Arok Hantu Padang Karautan, Air Terjun Seribu Angsa, Murka Sri Kertajaya, Ken Dedes Sang Ardhanareswari dan seri Perang Paregrek yang kemudian ditulis ulang dengan judul Menak Jinggo, Sekar Kedaton. Dua buah karya yang diproyeksikan untuk pasar luar negeri dan masih melalui proses penerjemahan adalah The Dynasty War dan Terror. Serial Majapahit Sandyakala Rajasawangsa dan Bala Sanggrama telah terbit melalui Penerbit Bentang Pustaka. Buku yang anda pegang ini bertajuk “Banjir Bandang dari Utara,” akan segera disusul Surya Wilwatikta berlanjut ke Majapahit 5 yang masih belum ditulis.
Apakah kalian tau bagaimana awalmula berdirirnya kerajaan Majapahit? Kerajaan yang masuk dalam kerajaan yang terbesar Singkat Kerajaan kerajaan Majapahit berdiri disebab adanya serangan dari Jayaketwang Adipati Kediri yang telah berhasil membunuh penguasa Kerajaan Singasari yang terakhir yaitu Kertanegara karena menolak pembayaran Raden Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk meminta perlindungan kepada Aryawiraraja. Lalu Raden Wijaya diberi hutan tarik oleh Aryawiraraja untuk dipakai sebagai wilayah kekuasaan dan pada akhirnya dijadikanlah sebuah desa baru dengan nama berasal dari kata maja atau ”buah maja” dan pahit atau “rasa pahit”. Tak lama kemudian pasukan Mongolia yang dipimpin oleh Shis-Pi, Ike-Mise dan juga Kau Hsing datang ke tanah Jawa. Yang datang dengan tujuan untuk menghukum Kertanegara karena menolak pembayaran upeti terhadap pasukan situasi mendesak tersebut Raden Wijaya memanfaatkan kerja sama dengan pasukan Mongolia untuk menyerang pasukan Jayaketwang. Dan pada akhirnya pasukan Mongolia dengan bantuan Raden Wijaya menang telak dengan terbunuhnya Jayaketwang. Tidak berselang lama, kemudian Raden Wijaya mengusir pasukan Mongolia dari tanah tersebut terjadi ketika para pasukan Mongolia sedang berpesta untuk merayakan kemenangannya atas pasukan Jayaketwang. Saat situasi yang lengah tersebutlah Raden Wijaya memanfaatkan untuk melakukan penyerangan kepada Pasukan Raden Wijaya berhasil untuk mengusir pasukan Mongolia dari tanah Jawa dan kemudian naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana pada tahun 1293. Menurut para ahli, berdirinya Kerajaan Majapahit adalah ketika Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja Majapahit tanggal 15 bulan Kartika 1215 atau pada tanggal 10 November telah disinggung di atas bahwa Kerajaan Majapahit berada di Propinsi Jawa Timur yang mana ibu kotanya di sebuah desa yang saat ini bernama Triwulan di Mojokerto. Yang mana kerajaan Majapahit berdiri dari tahun 1293 hingga 1500 di Kerajaan MajapahitAda beberapa faktor kehidupan yang menandai kemajuan dan runtuhnya Kerajaan Majapahit, diantaranya yaituKehidupan Politik Kerajaan Majapahit politik di Kerajaan Majapahit memiliki banyak sekali perihal. Seperti adanya pemberontakan dari dalam kerajaan sendiri. Terjadinya pemberontakan tersebut mulanya saat Raden Wijaya memerintah, yaitu banyak pemberontakan yang dilakukan oleh Ranggalawe, Sora dan Nambi yang mana tujuan mereka yaitu untuk menjatuhkan Raden dengan kecerdikan Raden Wijaya, pemberontakan tersebut bisa diselesaikan. Masa kepemimpinan Raden Wijaya pun akhirnya berakhir ketika ia meninggal pada tahun 1309 M. Kemudian pengganti Raden Wijaya tidak lain adalah anaknya yang bernama Jayanegara yang saat itu masih berumur 15 sekali dengan ayahnya, Jayanegara sama sekali tidak mempunyai keahlian dalam memimpin kerajaan, sampai pada akhirnya Jayanegara dijuluki dengan sebutan “Kala Jamet” yang memiliki arti lemah dan jahat. Disaat pemerintahan Jayanegara, banyak terjadi pemberontakan dari orang-orang kepercayaannya sendiri yang dikarenakan kurang tegasnya Jayanegara dalam memimpin kerajaan satu pemberontakan yang hampir menjatuhkan kepemimpinan Jayanegara yaitu pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti. Akan tetapi pemberontakan tersebut bisa dipadamkan oleh Gajah Mada dan ia berhasil menyelamatkan Jayanegara ke sebuah desa yang kala itu bernama desa itulah Jayanegara berhasil dibunuh oleh seorang tabib yang bernama Tancha ketika Jayanegara di operasi. Hal tersebut dikarenakan tabib tersebut mempunyai dendam terhadap Jayanegara, dan kemudian tabib itu ditangkap dan dibunuh oleh Gajah saat itu karena Jayanegara tidak mempunyai keturunan, maka pemerintahan Majapahit digantikan oleh adiknya yang bernama Gayatri yang memiliki gelar Tribuana Tunggadewi. Dalam masa pemerintahannya tersebut ia hanya memimpin Majapahit dari tahun 1328 sampai masa kepemimpinannya juga terjadi banyak pemberontakan, tetapi pemberontakan tersebut bisa dipatahkan oleh Gajah Mada. Atas jasanya tersebut, maka Gajah Mada kemudian diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Setelah itu kemudian Gajah Mada mengucap sebuah sumpah yang kemudian dikenal dengan “Sumpah Palapa”.Adapun bunyi dari sumpah palapa tersebut adalah “Gajah Mada pantang bersenang-senang sebelum menyatukan Nusantara”, tidak lama dari sumpah tersebut kemudian Tribuana Tunggadewi pun meninggal pada tahun 1350 M. Setelah Tribuana Tunggadewi meninggal, kemudian digantikan oleh Hayam masa inilah Kerajaan Majapahit berada dalam masa kajayaannya. Yang mana kerajaan tersebut hampir menakhlukkan seluruh wilayah lokasi kerajaan yang termasuk sangat strategis, Kerajaan Majapahit saat itu dapat menjadi pusat perdagangan di tanah Jawa. Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai berdagang, masyarakat Majapahit juga banyak yang yang menjadi pengrajin emas, pengrajin perak dan lain-lain. Untuk komoditas ekspor dari kerajaan Majapahit berupa barang alam seperti lada, garam, kain serta burung kakak tua dan semisal itu..Sedangkan untuk komoditas impornya yaitu mutiara, emas, perak, keramik, serta barang-barang yang kebanyakan terbuat dari besi. Selain itu dari segi mata uang, Kerajaan Majapahit membuat mata uangnya dengan campuran perak, timah putih, timah hitam serta ekonomi dari Kerajaan Majapahit bisa disimpulkan atas adanya 2 faktor, yaitu dari lembah sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo yang berada di dataran rendah jadi sangat cocok bertani. Berbagai sarana infrastruktur juga dibangun supaya lebih memudahkan warganya dalam bertani seperti dibangunnya irigasi, sangatlah membantu masyarakat kala kedua yaitu dengan adanya pelabuhan-pelabuhan Majapahit yang berada di pantai utara pulau Jawa memiliki peran dalam perdagangan rempah-rempah dari Maluku. Kerajaan Majapahit memakai sistem pungut pajak dari setiap kapal-kapal yang mengadakan perjalanan ataupun singgah di pelabuhan Kebudayaan masyarakat Majapahit sudah termasuk sangat maju pada masa pemerintahanya. Hal tersebut ditandai dengan adanya berbagai perayaan-perayaan keagamaan pada tiap tahunnya. Dibidang seni dan sastra juga tidak kalah majunya, bahkan berperan di dalam kehidupan budaya di seorang pendeta dari Italia bernama Mattiusi. Dimana ia pernah menetap di Majapahit, ia melihat bahwa Kerajaan Majapahit yang sangat luar biasa. Bahkan ia sangat kagum dengan istana kerajaan yang sangat luas dan tangga serta bagian dalam ruangan yang berlapiskan emas dan perak. Selain itu, menurutnya atapnya pun juga bersepuh Pemerintahan Kerajaan Majapahit masa kepemimpinan Hayam Wuruk, semua sistem pemerintahan serta birokrasi di Kerajaan Majapahit berjalan dengan teratur sesuai dengan yang telah ditentukan. Sistem Birokrasi di Majapahit pada masa itu antara lainRaja yang memimpin di kerajaan masa itu dianggap sebagai penjelmaan dewa oleh masyarakat dan mempunyai hak tertinggi dalam Mahamantri Kartini biasanya akan dijabat oleh putra-putra yang merupakan pejabat hukum di pemerintahan yaitu pejabat dibidang keagamaan dalam itu pembagian wilayah di dalam Kerajaan Majapahit juga dilakukan dengan teratur pula yang disusun oleh Hayam Wuruk. Adapun pembagiannya yaituBhumi, yaitu kerajaan dengan raja sebagai yaitu setingkat dengan propinsi dengan pemimpinnya adalah raja atau natha yang juga sering disebut dengan yaitu setingkat dengan kabupaten yang dipimpin oleh yaitu setingkat dengan kelurahan yang pemimpinannya bernama yaitu setingkat dengan desa yang dipimpin oleh yaitu setingkat dengan dusun atau tempat-tempat Raja raja Kerajaan Majapahit sejarah kepemimpinan Kerajaan Majapahit ada beberapa raja yang pernah memimpin di Majapahit, di antaranya yaituRaden Wijaya 1293-1309Raden Wijaya merupakan seorang pendiri Kerajaan Majapahit dan sekaligus raja pertama Majapahit. Raden Wijaya naik tahta dan diberi gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada masa kepemimpinan Raden Wijaya tersebut merupakan masa awal berdirinya Kerajaan Wijaya terlihat lebih mengutamakan melakukan konsolidasi serta memperkuat pemerintahan. Hal tersebut perlu dilakukan sebab pada waktu awal tersebut merupakan merupakan transisi dari kerajaan sebelumnya yaitu kerajaan Singasari menuju kerajaan baru yakni Kerajaan strategi dilakukan oleh Raden Wijaya untuk memperkuat pemerintahan, misalnya dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan. Kemudian memberikan posisi penting terhadap para pengikut setianya, serta menikahi keempat putri Kertanegara raja Singasari. Raden Wijaya meninggal tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Sumberjati atau Candi 1309-1328Jayanegara adalah raja kedua di Kerajaan Majapahit. Jayanegara yaitu putra Raden Wijaya tetapi dari selir. Sebab Raden Wijaya tidak mempunyai putra dari permaisuri, maka Jayanegara yang merupakan putra dari selir tersebut yang kemudian menjadi raja memerintah kerajaan Majapahit di usia yang masih sangat belia yaitu usia 15 tahun. Pemerintahan Jayanegara tidak kuat dikarenakannya kurang pengalaman sehingga muncul banyak pemberontakan. Dan pemberontakan tersebut di inisiasi oleh orang-orang di lingkaran Istana Majapahit yang dahulunya adalah orang kepercayaan tersebut di antaranya pemberontakan Ronggolawe, pemberontakan Lembu Sura, Nambi, serta ada beberapa pemberontakan Tungga Dewi 1328-1350 Raja berikutnya yaitu Tribuana Tungga dewi yaitu adik perempuan dari Jayanegara, sebab Jayanegara meninggal dalam keadaan tidak memiliki keturunan. Sebenarnya tahta Jayanegara diberikan kepada Gayatri atau Rajapatni yang tak lain adalah permaisuri Raden karena Gayatri sudah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama Tribuana Tungga dewi. Masa pemerintahan Tribuana Tungga dewi tersebut dapat dikatakan sebagai awal kejayaan Kerajaan masih ada beberapa pemberontakan di dalamnya, tetapi secara umum berhasil ditumpas. Suami Tribuana Tungga dewi yaitu Cakradhara dan menjabat sebagai Bhre Tumapel dengan gelar Kertawardana. Pemerintahan Tribuana Tungga dewi lebih kuat lagi dengan adanya Mahapatih Gajah masa pemerintahan Tribuana Tungga dewi, Majapahit melakukan perluasan kekuasaan secara besar-besaran di berbagai daerah di Wuruk 1350-1389Raja Majapahit selanjutnya yaitu Prabu Hayam Wuruk. Prabu Hayam Wuruk merupakan raja yang berhasil membawa masa kejayaan Majapahit pada puncaknya. Dengan diawali oleh Tribuana Tungga dewi dalam ekspansi ke berbagai daerah, selanjutnya Hayam Wuruk menyempurnakan dengan tata kelola yang Hayam Wuruk yaitu Rajasanegara. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk di dalam memerintah Majapahit yaitu keberadaan para pembantunya yang sangat mumpuni. Sebut saja Mahapatih Gajah Mada, selanjutnya Adityawarman dan juga Mpu tersebut mempunyai kapasitas yang sangat mumpuni dalam menjalankan sebuah negara dalam mencapai kemajuan. Mpu Nala merupakan sebagai pimpinan armada laut juga sangat mahir dalam menjalankan kebesaran Kerajaan Majapahit, maka tak sulit bagi Majapahit untuk menjalin kerjasama dengan beberapa kerajaan tetangga yang disebut dengan 1389-1399Raja selanjutnya yaitu Kusumawardani atau lebih tepatnya yaitu ratu Majapahit. Kusumawardani dijadikan sebagai ratu di pusat Majapahit sedangkan putra laki-laki dari selir Prabu Hayam Wuruk yaitu Bhre Wirabumi Minak Jingga dijadikan sebagai raja kecil di Wirabumi atau Minak Jingga tersebut menjadi raja di Blambangan tetapi tetap berada di bawah kekuasaan Majapahit atau tetap tunduk kepada 1399-1429Setelah masa pemerintahan Kusumawardani berakhir, kemudian jatuh kepada Suhita yaitu putra dari Wikramawardhana dengan selir. Dari sinilah selanjutnya muncul konflik yang akan membawa kepada keruntuhan Wirabumi atau Minak Jinggo merasa dirinya lebih berhak atas tahta Kerajaan Majapahit daripada Suhita kemudian terjadi perang saudara yaitu Perang Paregreg 1401-1406. Wirabumi akhirnya dibunuh oleh Damar Paregreg tersebut kemudian membuat banyak daerah di bawah kekuasaan Majapahit akhirnya memisahkan diri dan membuat Majapahit semakin Tumapel Kertawijaya- 1447-1451Menurut Pararaton, Kertawijaya adalah putra Wikramawardhana dari selir. Putra Wikramawardhana yang lain adalah Hyang Wekasing Sukha, Bhre Tumapel, dan Suhita. Sebelum menjadi raja, Kertawijaya pernah menjadi Bhre Tumapel, yaitu menggantikan kakaknya yang meninggal awal tahun naik takhta menggantikan Suhita tahun 1447. Kertawijaya wafat tahun 1451. Ia dicandikan di Kertawijayapura. Kedudukannya sebagai raja digantikan RajasawardhanaMenurut Pendapat lain mengatakan Rajasawardhana adalah putra Kertawijaya yang nama aslinya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu sebagai Dyah Bhre Kertabhumi disebut Brawijaya V, sedangkan Kertawijaya disebut Brawijaya 1451—1453Rajasawardhana dalam sejarah Kerajaan Majapahit merujuk pada dua orang. Yang pertama adalah pejabat Bhre Matahun pada pemerintahan Hayam Wuruk, sedangkan yang kedua adalah raja Majapahit yang memerintah tahun alias Bhre Matahun Menurut Nagarakretagama, Rajasawardhana alias Bhre Matahun adalah suami dari Indudewi alias Bhre Lasem putri Rajadewi dan Wijayarajasa. Dari perkawinan itu, lahir Nagarawardhani yang menikah dengan Bhre Wirabhumi putra Hayam Wuruk, raja Majapahit saat itu 1351-1389.Rajasawardhana naik takhta menggantikan Dyah Kertawijaya. Hubungan antara keduanya tidak disebut dengan jelas dalam Pararaton, sehingga muncul pendapat bahwa, Rajasawardhana adalah adik Dyah Kertawijaya yang melakukan kudeta disertai pembunuhan terhadap kakaknya Rajasawardhana juga terdapat dalam berita Cina. Disebutkan bahwa pada tahun 1452 Rajasawardhana mengirim duta besar ke Pararaton, sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453, Majapahit mengalami kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Tokoh ini dianggap identik dengan Girisawardhana yang tercatat dalam prasasti Waringin 1456-1466Girishawardhana Dyah Suryawikrama adalah raja Majapahit yang memerintah tahun 1456-1466. Ia dianggap identik dengan Bhra Hyang Purwawisesa dalam Hyang Purwawisesa dalam Pararaton Menurut Pararaton, Sepeninggal Rajasawardhana tahun 1453 Majapahit dilanda kekosongan pemerintahan selama tiga tahun. Baru pada tahun 1456, Bhre Wengker naik takhta bergelar Bhra Hyang Purwawisesa. Pada tahun 1462 terjadi bencana gunung meletus mewarnai tahun 1466 Hyang Purwawisesa meninggal dunia dan dicandikan di Puri. Ia digantikan oleh Bhre Pandansalas sebagai raja 1466-1478bhre Kertabhumi / Prabu Brawijaya, atau kadang disebut Brawijaya V adalah raja terakhir Kerajaan Majapahit versi naskah-naskah babad dan serat, yang lahir sekitar tahun 1413 M Kalkulasi penanggalan berdasarkan kelahiran Raden Patah menurut Kronik Cina pada tahun 1455 Raden Patah, dimana Bhre Kertabhumi pada saat itu belum menjadi raja karena penerus 2 generasi Kerajaan Majaphit dipegang oleh 2 Pamannya selama 15 tahun. Bhre Kertabhumi mulai memerintah tahun 1468 dan wafat pada tahun 1478 M. Tokoh ini diperkirakan sebagai tokoh fiksi namun sangat legendaris. Ia sering dianggap sama dengan Bhre Kertabhumi, yaitu nama yang ditemukan dalam penutupan naskah Pararaton. Namun pendapat lain mengatakan bahwa Brawijaya cenderung identik dengan Dyah Ranawijaya, yaitu tokoh yang pada tahun 1486 mengaku sebagai penguasa Majapahit, Janggala, dan Kadiri, setelah berhasil menaklukan Bhre Kejayaan Kerajaan Majapahit dibantu Mahapatih Gajah Mada Hayam Wuruk hampir menaklukkan seluruh wilayah Nusantara, dan menjadikan Majapahit sebagai kerajaan terbesar serta terkuat di nusantara. Seiring dengan perkembangan zaman, Kerajaan Majapahit juga dapat menguasai wilayah luar Nusantara seperti Thailand, Singapura dan Kerajaan Majapahit sepeninggalan Mahapatih Gajah Mada serta Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran yang sangat drastis. Apalagi pada waktu itu ada banyak serangan dari kerajaan-kerajaan Islam yang belum lama berdiri. Selain itu keruntuhan Kerajaan Majapahit terjadi saat pemerintahan Patih Udara sekitar tahun Kerajaan Majapahit Majapahit meiliki peninggalan sejarah yang berharga masa itu. Misalnya yang sering kita kenal adalah candi. Candi-candi peninggalan Majapahit yang masih ada sampai sekarang adalahCandi TikusBerada di situs arkeologi Trowulan yaitu di sekitar daerah Dukuh Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Dinamai candi tikuskarena saat di temukan nya ada banyak sekali sarang tikus-tikus liar di candi Brahu Candi Brahu berada di tempat yang sama dengan Candi tikus yang kita bahas diatas tadi, yaitu di kawasan situs arkeologi Trowulan. Candi tersebut dibuat oleh Empu Sendok yang digunakan untuk pembakaran jenazah para raja Bajang Ratu Diperkirakan candi tersebut dibangun pada abad ke 14 M. Candi tersebut terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan, Mojokerto Jawa Timur. Dalam kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa candi Bajang Ratu memiliki fungsii sebagai pintu masuk untuk memasuki tempat suci pada saat itu untuk memperingati wafatnya raja Wringin LawangSebenarnya Gapura tersebut terbuat dari bata merah yang tingginya mencapai 15,5 meter. Gapura yang berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto Jawa Timur tersebut bergaya yang hampir mirip dengan Candi Jabung Candi Jabung berada di Desa Jabung Kecamatan Paiton, Probolinggo Jawa Timur. Meskipun hanya terbuat dari susunan batu bata merah yang bertumpuk, candi tersebut ternyata bisa bertahan cukup lama hingga saat itulah tadi sedikit ringkasan mengenai sejarah kerajaan Majapahit secara menyeluruh. Semoga artikel ini dapat bermanfaat untuk kalian semua yang sedang mencari referensi mengenai sejarah kerajaan Majapahit.
cerita sejarah majapahit sandyakala rajasawangsa